Harga Anjlok, Luciana Baculu Soroti Kualitas Beras Lokal
Buol, Profakta.com – Pelaksana Tugas (Plt) Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Buol Dr. Luciana Baculu,SE,MM, memantau langsung beberapa titik wilayah lumbung padi di Kabupaten Buol, yang pada beberapa kali musim panen terkadang harga berasnya anjlok di sebabkan kualitas menurun.
Dibeberapa pasar tradisional wilayah Kabupaten Buol, harga beras lokal memang selalu saja kalah saing dengan beras dari luar daerah atau bahkan beras impor yang lebih sering laku di pasaran.
Hal inilah yang membuat satu-satunya Doktor perempuan di Buol yang saat ini membidangi ekonomi dan pembangunan daerah, turun langsung memantau kendala harga beras dan kualitasnya serta mencari solusinya.
Saat memantau langsung ke wilayah Kecamatan Tiloan yang notabene adalah salah satu daerah penghasil gabah terbesar di Kabupaten Buol, Luciana Baculu mendapati adanya permasalahan yang belum disentuh oleh petugas pertanian bahkan terkesan di abaikan.
Luciana Baculu mendatangi penggilingan padi produktif milik Mustari (Pengusaha) dengan stok beras Hampir mencapai 70 ton,dan hanya memiliki satu unit Open pengering gabah.
Sebelumnya, Luciana Baculu terlebih dahulu memantau keberadaan beberapa open pengering gabah yang nganggur di beberapa kecamatan lainnya dan tidak dioperasikan.
Saat berada di penggilingan padi di Kecamatan Tiloan, Luciana Baculu pada akhirnya tahu bahwa penyebab turunnya kualitas beras lokal karena adanya penumpukan gabah lebih dari 3-4 hari pasca panen, yang kemudian menyebabkan beras menjadi merah dan sedikit berbau.
“Adapun terjadinya penumpukan gabah tersebut adalah terbatasnya bak penjemuran, sementara open pengering gabah hanya 1 unit yang beroperasi” Katanya
Saat mengecek keberadaan open pengering gabah produktif milik Mustari, Luciana Baculu terpana melihat stok beras siap jual mencapai hampir 70 ton, dengan kwalitas yang cukup baik dan tidak kalah saing dari beras yang ada di pasaran.
“Kwalitas Beras Lokal sebetulnya cukup bagus, hanya saja terjadinya penumpukan lebih dari 3-4 hari pasca panen, sebab open pengering gabah hanya 1 unit. Seharusnya semua mesin pengering gabah di daerah ini harus di fungsikan sebagaimana mestinya agar kualitas Beras kita tidak anjlok” ujar Luciana.
Sementara itu, Mustari pemilik penggilingan padi di Kecamatan Tiloan mengatakan bahwa penumpukan terjadi saat musim panen raya dan gabah akan berubah warna ketika berada di penumpukan lebih dari 2 hari.
“Kapasitas Open pengering gabah hanya 100 karung dalam sehari dengan hasil beras kurang lebih 1 ton, sementara bila panen raya tiba ribuan ton gabah terpaksa harus mengantri sebab open pengering gabah hanya 1 unit saja,” ungkap Mustari. (Heny Manoppo)